Senin, 18 April 2011

ANTARA BOM & KUCING


Apa hubungan antara Bom dan Kucing? Apakah kucing bisa merakit dan merencanakan bom bunuhdiri? Tentu tidak dan tak ada hubungannya samasekali. 

Tetapi ini hanya sebuah kisah yang coba mengingatkan bahwa ternyata “harga” nyawa seekor kucing oleh Agama dipandang sedemikian “mahal” dan, karena seekor kucing pula lah seorang ‘abidah (ahli ibadah) bisa tergelincir ke dalam Neraka! Wow..! 

Adanya aksi-aksi bom bunuhdiri yang marak belakangan ini, membuat semua pihak terperanjat kaget, ko’ bisa dan berani-beraninya memilih mati dengan cara meledakkan diri pakai bom demi mati syahid! 

Segampang itukah tiket Surga diperoleh meskipun harus dengan menghilangkan nyawa (membunuh) orang lain?


Rasa marah, benci, dendam, furstasi berkepanjangan karena beda penafsiran dalam memaknai agama, apakah dianggap cukup syarat dibolehkannya "menghabisi" orang lain? 

Logika berpikir semacam itu adalah sangat berbahaya dan membahayakan orang lain. Mungkin saja orang/kelompok bisa berbeda dalam menerjemahkan dan memahami syariat Islam, tetapi itu bukan berarti orang/kelompok yang berbeda tersebut bisa disebut “kafir” dan boleh dikafir-kafirkan. 


Lebih celaka lagi, kalau orang yang disebut kafir itu menjadi sah untuk dibunuh. Bukankah perbedaan pendapat itu adalah Rahmat? So, jangankan membunuh - selagi menuduh kafir aja dilarang keras ko’. 

Sebab, orang yang menuduh saudaranya Muslim sebagai kafir, maka hakikatnya dia sendiri telah kafir. 

Nah, kalau itu dianggap Jihad dalam arti perang misalnya, pertanyaannya - perang melawan siapa? Bukankah negeri ini adalah negeri damai yang tak ada peperangan? 

Dan, di manakah akal sehatnya – ketika para kurbannya adalah mereka yang tengah menjalankan ibadah Shalat? 


Apakah orang-orang yang tengah melakukan shalat itu adalah musuh yang harus dibunuh dan dimusnahkan? Sekali lagi, sungguh hanya Iblis berwajah Manusia atau Manusia berhati Iblis yang bisa menjawabnya! 

Dalam beribadah, Agama mengajarkan dua hal, yakni: Jalur Vertical, Hablun min Allahi (hubungan kepada Allah) dan Jalur Horizontal, Hablun min An-Nasi (hubungan kepada sesama manusia). 


Betapa khusyu’ dan khidmatnya ibadah (vertical) seseorang tidak otomatis meraih Surga, ketika tutup mata pada tetangganya yang gak bisa makan karena kesulitan ekonomi, misalnya - atau omongan yang sering bikin sakit hati tetangga.


Sebaliknya, juga tidak dapat masuk Surga - ketika ibadahnya (horizontal) bagus tetapi inkar kepada-Nya (bukan menyembah DIA tapi selain DIA). 

Ada seorang Wanita ahli ibadah di masa Rasulullah SAW, yang karena bagus ibadahnya, sampai-sampai para Sahabat menyakini kalau ia bakal dan pantas masuk Surga. Ketika hal itu disampaikan pada Nabi, Beliau menjawab: “dia bukan ahli Surga tapi ahli Neraka!” Betapa kaget mereka mendengar jawaban Rasul SAW itu, kemudian, mereka bertanya: “apa yang menyebabkan dia masuk Neraka ya Rasulullah?” 
lanjutnya, “bukankah dia orang yang tekun ber-ibadah, bagus akhlaknya dan baik kepada tetangga sekitarnya?” 


Rasul menjawab:”dia memelihara seekor kucing tapi tidak dikasih makan dan minum, sampai kemudian  kucing tersebut sakit dan akhirnya mati” 

Luar biasa indah ajaran Agama, tidak saja mengatur hubungan kepada Allah semata, tapi juga mengatur dan mengurus hubungan sesama manusia, bahkan sampai binatang sekalipun (dalam hal ini, “kucing”). 

Dalam bahasa lain, itu makna dari “Rahmatan lil ‘Alamin” (Rahmat bagi seluruh Alam). 


Nah, bercermin dari kisah kucing tersebut – memunculkan pertanyaan, bagaimana mungkin menjemput Surga dengan menghilangkan nyawa orang lain? 

Sedangkan “membunuh” (mematikan secara tidak langsung) terhadap seekor kucing aja, sudah cukup mengantarkan /menyebabkan masuk Neraka? 

Na’udzubillahi Min Dzalik!



Tidak ada komentar:

Posting Komentar