Senin, 18 April 2011

SALAH JALAN

 
  
Apa reaksi Anda ketika mendengar ledakan dahsyat disertai muntahan paku, mur, baut, goteri – menghantam, mencabik-cabik tubuh orang-orang di sekitar Anda? 


Letusan hebat yang terdengar sampai jarak 50/100 meter itu menyebabkan para Jama’ah menjadi kurban, yang kebanyakan Polisi. Satu kata aja, “Terlalu!”.
 
Sebuah aksi bar–bar  yang hanya pantas dilakukan orang-orang yang tidak waras/biadab saja. 
Lewat ini pula kita sampaikan doa, semoga saudara-saudara kita - terutama AKBP. Bp. Herukoco (kapolresta) yang paling parah - segera sembuh, sehat,  tetap sabar dan istiqamah dalam Iman dan Islamnya, Amin…  

Siapa yang menyangka kalau siang itu, 15 April 2011 jam 12.15 di Masjid Al – Dzikro, komplek Mapolresta Cirebon. 


Di saat saudara-saudara Muslim kita tengah melaksanakan ibadah shalat Jum’at dikejutkan dengan ledakan hebat. 


Ledakan yang memporakporandakan serta meninggalkan duka mendalam bagi mereka dan kita pada umumnya. 

Akal sehat mana yang bisa menerima aksi biadab itu? Agama apa yang membenarkan dan menganjurkan pemeluknya  melakukan kejahatan kemanusiaan serupa itu? 


Iblis jenis apa yang bersembunyi di balik aksi si pelaku bom bunuhdiri itu?

Tak ada yang bisa menerima aksi jahat itu. Logika apapun tak ada yang bisa menjelaskannya. Tak ada satu dalil pun bisa membenarkan. 


Juga tak ada satu Agama pun di dunia ini merestui atau mengajarkan dan menganjurkan tindakan teror itu.


Iblis pun tak “sampai hati”  melakukan itu - kecuali Iblis berwajah Manusia atau Manusia-Manusia berhati Iblis. 


Hanya orang-orang sinthing yang tega  melakukan tindakan kejahatan kemanusiaan seperti itu. Hanya orang-orang gila yang menganggap aksi terorisme sebagai seruan Jihad.

Pandai-pandainya  Iblis saja merayu, membujuk, mendorong dan mengajak manusia-manusia berhati Iblis dan Iblis-Iblis  berwajah Manusia. 


Mereka lancarkan serangan, menebarkan kebencian dan permusuhan, kejahatan sampai pada pembunuhan lewat aksi terorismenya. 


Ketika Allah memaklumatkan rencana bakal menciptakan mahluk bernama Manusia pada Malaikat dan Iblis, spontan Iblis “protes”. 


Kata Iblis: “Lho! Bukannya nanti malah bikin ribut saja di Bumi, saling serang, saling tikam, saling bunuh dan menumpahkan darah - kenapa mesti diciptakan?” 


Sebuah “signal” (isyarat) yang sebenarnya sudah muncul di awal – jauh sebelum manusia diciptakan.

Seoalah Iblis ingin menyampaikan “warning” (peringatan) bahwa manusia itu tak lebih dari sosok mahluk yang gak berguna, sia-sia.


Gemar bikin onar, kerjanya bikin ribut melulu bahkan “haus darah”- di mana ada manusia, di situ ada darah yang tumpah, amuk massa, kerusuhan, tawuran, pembunuhan, peperangan dst.


Iblis tak salah dalam hal itu, toh sejak Adam dan Hawa diciptakan sebagai manusia generasi pertama di bumi ini - sudah terbukti kebenarannya, yakni ketika Qabil dengki pada saudaranya, Habil dan kemudian membunuhnya. 


Nah, tampaknya trend bunuh membunuh itu terus saja terjadi sampai generasi sekarang ini. Persis seperti pernah disinyalir oleh Nabi SAW: “Sekali darah itu menetes, maka sampai Kiamat nanti akan terus mengalir”.

Aksi bom bunuh diri di Masjid komplek Mapolresta Cirebon baru-baru ini adalah bukti kasatmata selain bukti-bukti sebelumnya yang sudah cukup banyak mewarnai atmosfir jagad raya di Republik ini.


Sebelumnya, ada bom Bali I dan II, bom Kuningan, dan akhir-akhir sebelum ini. Bom buku yang menimpa pentholan grup Band Dewa19 - Ahmad Dani, tokoh JIL - Ulil Absar Abdalla, dan petinggi densus 88 - Gories Mere dst. 


Oleh karenanya, seperti seruan Kapolri dan Jajarannya, semua elemen Bangsa harus bersatu padu, bahu membahu bersama Pemerintah melakukan perang terhadap terorisme! 

Sudah banyak tokoh Agama bahkan lintas Agama mengecam, mengutuk dan menegaskan kalau aksi bom bunuhdiri itu adalah tindakan yang salah.

Konyol, pengecut, tidak berani menghadapi hidup (menghadapi realita) dan tindakan yang tidak dibenarkan (diharamkan) oleh Agama manapun. 


Itu bukan jihad menuju syahid, seperti dijanjikan oleh-Nya dengan Surga, akan tetapi murni bunuhdiri seperti layaknya aksi-aksi bunuhdiri sebagaimana biasa terjadi. 


Meski berlindung dibalik symbol-simbol keagamaan, tetapi toh tidak dapat dibenarkan oleh sejumlah ahli Agama, seperti: DR. Said Agil Syiraj, KH. Hasyim Muzadi, DR. Din Syamsudin, DR. Azsyumardi Azra, Frans Magnis Suseno dll.

Pertanyaannya kemudian, mengapa ia begitu yakin kalau aksinya itu bukan bunuhdiri tapi jihad untuk menjemput Surga seperti yang dijanjikan-Nya? 
Ooalah ….!


1 komentar:

  1. Izin Mengcopy Artikel ini..

    Link saya:
    http://kotajatinom.blogspot.com
    http://didikirawan.webs.com

    Matur Nuwun!!

    BalasHapus