Jumat, 22 April 2011

JALAN TOL KE SURGA



Menjadi cita-cita dan dambaan setiap Insan untuk bisa masuk ke dalam Surga. Meski cita-cita dan dambaan saja, tentu tidaklah cukup. Ingat kan “Jer Basuki Mawa Bea?” hem. 


Untuk meraih sukses duniawy aja pakai /butuh beaya ko’, apalagi ini menyangkut “wilayah” duniawy sekaligus ukhrawy. Pasti dong, butuh “beaya” lebih, tapi  beaya di sini tak harus bermakna materi lho!



Sebab “Banyak jalan menuju Roma”, maksudnya akses menuju Surga itu terbuka lebar dan amat lebar. 

Pertanyaannya, maukah kita mengambil akses (Surga) itu? Atau, sebaliknya malah akses Neraka yang dipilih? Wah kalau itu - Na’udzu Billah Min Dzalik!  
Bagi “Aghniya’” (si kaya) mereka yang dianugerahi materi lebih, berderma /shadaqah lebih utama. 

Bagi “Alim Ulama” Orang berilmu – lewat ilmunya dan bagi yang punya tenaga dengan tenaganya, dst. 

Tempat terindah, dimana : mata belum     pernah sekejap pun melihat, lidah belum pernah merasakan  kelezatannya. 

Di bawahnya mengalir sungai yang airnya bersih  dan  bening, warnanya lebih putih dari susu dan rasanya pun lebih manis ketimbang madu. 


Wow..!!!  Alangkah sempurna keindahan dan kenikmatan yang ada di sana, kenikmatan yang tak pernah ada di Alam Fana. Itulah Surga seperti yang dijanjikan sang Pencipta dalam Kitab Sucinya (baca: al-Qur’an).

Meraih dan menggapai Surga memang bukan perkara mudah dan gampang Usaha dan kerja keras untuk selalu berada dalam “jalan”-Nya adalah keniscayaan yang tidak bisa dinafikan. 

Itu pun belum cukup kecuali berharap dapat rahmat dan ridla-Nya. Dalam bahasa Agama, dikenal istilah “menjalankan semua perintah-Nya dan meninggalkan semua larangan-Nya”. 


Memang tidak semudah membalik telapak tangan dalam jalankan perintah Taqwa. Kalau Taqwa itu terus dibawa dan dapat dipelihara sampai mati, wah -  sungguh itu sebuah anugerah luar biasa bagi seseorang yang kan dibalas dengan Surga. 
Problemnya, sejumlah hambatan, tantangan dan rintangan selalu saja menyertai dan mengiringi hidup dan kehidupan manusia. So, tak jarang membuat orang “menyerah” di tengah jalan. 

Persis seperti disebut dalam sebuah riwayat: “Surga itu dihiasi dengan hal-hal yang menyusahkan/sulit/berat -  dan sebaliknya Neraka dihiasi hal-hal yang menyenangkan”. 
Iblis / syetan adalah Public Enemy (musuh bersama) bagi Orang-orang yang merindukan Surga. 

Mahluk bangsa halus dan gak kasat mata ini, telah bersumpah di hadapan sang Pencipta (mohon izin) untuk menyesatkan seluruh anak turun Nabi Adam dan menjadikannya  sebagai teman kelak di Neraka. 

Maka, berbagai cara ditempuh dan dilakukan dengan satu target, menyesatkan sebanyak mungkin Orang dari jalan “Ketuhanan” (taqwa), menuju pada jalan ke-“Iblisan” (kesesatan). 


Salah satunya adalah menjadikan hawa nafsu sebagai “kendaraannya” (alatnya). Lewat hawa nafsu dengan mudah Iblis “mengantarkan” seseorang melakukan maksiat/dosa. 

Sebab, Hawa nafsu itu selalu mengajak dan mendorong pada keburukan dan keburukan akan menyebabkan dosa. 
Imam Ghazaly pernah menggambarkan dalam Kitabnya “Ihya’ Ulumuddin” (meng-hidup hidupkan Ilmu Agama) bahwa hawa nafsu itu laksana taman bunga yang rindang, indah, elok dan menyenangkan sehingga Iblis bebas dan leluasa “bermain” di sana. Ya, seperti perangkap/jebakan Iblis dalam menjaring “tangkapan”-nya yang tak lain: Manusia. 


Tetapi buat Orang – orang yang hatinya rindu akan “bertemu” Tuhannya,  maka semua hal yang “berbau” Iblis/Syetan - baik lewat godaan, perbuatan dan bujuk rayunya      bakal ditentangnya secara “all out” meski sekali lagi, nggak mudah. 

Harus ada kemauan dan tekad yang kuat, seperti bunyi pepatah - ibarat “gunung kan ku daki dan lautan pun kan ku seberangi” dalam mempertahankan ketaqwaannya dari gempuran syetan. 
Dengan demikian, Orang-orang yang mampu mengalahkan hawa nafsunya karena takut hanya kepada-Nya saja, Mereka lah  yang akan dapat kebahagian kelak di akhirat dengan Surga yang telah dijanjikan-Nya. Terlebih lagi, bila masuknya ke dalam Surga tanpa hisab. 

Seperti disebutkan Rasul SAW, dalam hadis berikut : “Aku telah diberi jatah 70 ribu dari umatku masuk Surga tanpa hisab, wajah-wajah mereka seperti bulan purnama dan hati-hati mereka menjadi hati satu orang. Lalu aku minta dari tuhanku untuk ditambah, maka ditambahlah jatahku dengan 70 ribu disamping tiap orang” (HR. Imam Ahmad). Subhana Allahi al-‘Adzim. Hayo siapa pingin? hem.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar