Selasa, 12 April 2011

WASIAT JIBRIL

Add caption
Membayangkan Malaikat Jibril AS.,? Tinggi, besar, gagah, bagus dan tampan kah Ia? Ah,  Enggak Ah !!! Kita gak bisa dan tak kan mungkin bisa “menangkap” (melihat) secara visual

Asal muasalnya kan beda sama manusia. Ia tercipta dari cahaya, berbadan halus (gak kasat mata), gak dibekali nafsu. 


So pasti, selalu taat, patuh dan tunduk terhadap semua perintah-NYA. Istilahnya “Sami’na Wa Atha’na” (Kami dengar kami taati pula). 

Lha  kita? Berasal dari tanah, berbadan kasar (kasat mata) dilengkapi akal dan nafsu.
Jibril AS., adalah satu dari puluhan, ratusan, ribuan bahkan jutaan Malaikat dari bangsa “halus” (gak kasat mata). 

Jutaan? Ya, sebab dalam sebuah riwayat disebutkan, kalau jumlahnya lebih dari itu – yakni sebanyak butiran pasir di muka bumi. Banyak banget ya, terus gimana ngitungnya? 

He he….emang banyak sih, tapi yang wajib diketahui kan hanya 10 saja! 

Malaikat Jibril AS., pernah datang dan bertanya pada Rasul SAW: “Ya Rasulullah! Apakah Islam dan Iman itu?” 

peristiwa itu terjadi saat beliau berada di tengah-tengah para sahabat. Usai beliau menjawab, ia pun menghilang. 


Beliau lanjutkan: “tahukan engkau wahai sahabat, siapakah orang tadi?” ketika mereka jawab: “hanya Allah dan Rasulnya yang tahu”, maka, sambungnya: “orang tersebut adalah Malaikat Jibril AS”. 

Sontak mereka berhamburan keluar mengejar untuk menemuinya meski sudah tak ada.


Pada saat yang lain, Malaikat Jibril AS., datang menyampaikan wasiat pada Rasul SAW., tentang tiga (3) hal, 

Pertama: Hiduplah sesuka hatimu sesungguhnya Engkau akan mati. Kedua: Cintailah apa saja yang Engkau kehendaki karena sesungguhnya Engkau akan berpisah dengannya. 

Ketiga: Berbuatlah apa saja yang Engkau kehendaki karena Engkau pasti akan mendapat balasan dari amal itu.

Berangkat dari  wasiat tersebut, mengingatkan kita - pertama, hidup ini gak boleh dibuat main-main dengan dalih hidup toh hanya sekali, mengapa harus dibuat susah? 

Selagi dijalani dengan bersusah payah aja belum tentu berhasil (masuk surga), apalagi dengan main-main. So, gak berlaku rumus: “muda foya-foya, tua kaya raya dan mati masuk sorga”


Bagi seorang mukmin amal shaleh adalah “investasi” (bekal) yang mesti disiapkan untuk gapai sukses di akhirat kelak. Karenanya, visi dan misi hidupnya pun focus pada ibadah.


Kedua: mencintai apa dan siapa saja secara proporsional gak berlebihan, apalagi mengalahkan cintanya pada sang Pencipta. 

Cinta kepada-Nya mesti lebih diutamakan dan dinomorsatukan ketimbang yang lain. Seperti misalnya, betapa cintanya Abu Bakar as-Shiddiq pada Allah dan Rasul  mengalahkan segala-galanya. 


Hal itu tampak ketika beliau menyerahkan seluruh harta bendanya kepada Rasul SAW, untuk keperluan sabilillah, dan ketika Nabi bertanya "Wahai Abu Bakar! Apa yang engkau tinggalkan untuk istri dan anak-anakmu?" jawabnya "Aku tinggalkan untuk mereka, Allah dan Rasul-Nya".

Ketiga: amal perbuatan setiap orang akan diganjar sesuai apa yang diperbuatnya. Kalau baik diganjar pahala, jika sebaliknya dibalas siksa. Oleh karenanya, mesti dipertimbangkan dulu sebelum berbuat. 

Kata pepatah “look at before you leap!” (lihatlah sebelum melangkah!), sehingga bisa mencegah - minimal mengurangi volume dosa yang selama ini menyesaki ruang kehidupan kita. Semoga !!!

Penulis: mastarom

Tidak ada komentar:

Posting Komentar