Rabu, 13 April 2011

SAY NO TO LIE !

Pernahkah Anda berbohong? Siapa pun kita - tentu, pernah dong walau sesekali dalam hidup. Menjadi beda jika dusta itu dilakukan berulangkali atau berkali-kali? 
 
Wah, kalau itu sih “profesi” (pekerjaan) namanya - meski gak terhormat lho!he..he. semoga aja kita semua dijauhkan dan diselamatkan dari sifat dan sikap tercela ini ya! Amin 

Perbuatan bohong muncul karena ketidaksiapan seseorang dalam menghadapi/menerima kenyataan, nggak cukup pede dengan apa adanya yang dianggap:berbeda, berlawanan, nggak sepaham/sejalan, nggak meng-enakkan, nggak menyenangkan orang/pihak lain dll. 

Buat orang - ketika bohong sudah menjadi napas hidupnya, kepalsuan  jadi darahdagingnya dan kepura-puraan jadi urat nadi kesehariannya, maka: jujur, polos, lugas, apa adanya dan ber-terusterang adalah mahluk langka, aneh, nyeleneh, mimpi di siang hari, impossible gitu loch…!!! 

Hari genee …??? Yang bener aja!!! lha wong dengan obral kepalsuan, ngumbar kebohongan dan tampil pura-pura begitu rupa  aja, hidup masih susah - apalagi jujur. …So, apa kata dunia! 

Untuk tampil jujur, bertutur kata  benar dan apa adanya, bukanlah pekerjaan gampang. Ibarat menegakkan benang basah, bukan main susahnya, sehari aja tidak dusta, sakit sekujur tubuhnya.,wuich..wich. 

Dalam ajaran agama apa saja dan di negeri belahan mana pun juga, bohong tak pernah dibenarkan dan dipandang sebagai perbuatan atau sikap tak terpuji/ tercela..sebab merugikan diri sendiri dan orang lain. 

Perbuatan yang merugikan orang lain tentu berdosa,.dimana  pelakunya akan dapat ganjaran di “sini” (dunia) apalagi di “sana” (akhirat) kelak. 

Ganjaran bagi si pembohong  akan dijauhi, ditinggalkan serta akan kehilangan teman, sahabat, sanak saudara, handai taulan dan bahkan keluarga  dengan implikasi yang sangat luas. Itu (sanksi) duniawy – lha hukuman ukhrawy? Na’udzubillah min dzalik…ngeri dech! 

Dalam sebuah riwayat disebutkan kalau ada seorang Sahabat datang pada Rasulullah SAW ingin masuk Islam. Tentu dengan mengajukan pertanyaan, apa kira-2 syaratnya? 

Dalam hati ia bersumpah, kalau syaratnya sulit dan memberatkan ia tidak sudi masuk Islam. So, Rasul SAW, pun menjawab dengan singkat:“Jangan Berdusta!” dalam bahasa terkini, "Say No To Lie!" 

Maka ia pun melenggang pulang sambil bergumam, dalam hati…itu sih keciiiiil, gampang  dan ringan. 

Setibanya di rumah, dorongan untuk bermaksiat dan berbuat dosa pun begitu kuat menggelora dalam dirinya.. ya mabuk, judi, main perempuan, mencuri, merampok dst…… 

.Jujur saja, ia belum  siap tinggalin masa lalunya yang kelam. Nah, kalau besok Nabi bertanya apa yang aku lakukan seharian itu, Bagaimana aku harus menjawab?!     Sementara aku masih “konsisten” (tetap) ingin melakukan itu semua..… 

Maka  terjadilah konflik batin yang begitu hebat dalam dirinya.. Perasaan susah, resah, gelisah, dan bingung menjadi komplikatif, campur aduk jadi satu persis seperti para ahli “hisab” (baca: perokok) ketika diminta berhenti merokok oleh dokter yang memeriksanya. 

Kalau meng-iya-kan nasehat dokter, berarti harus pisah dengan “selingkuhan” (rokok) itu, akan tetapi kalau sebaliknya, berarti hasrat untuk merokok masih tetap “Wess he wess” (bablas) alias jalan terus. Sulit bukan? 

Namun pada akhirnya Ia  masuk Islam, karena  komitmennya pada Nabi begitu kuat agar tidak berbohong, ternyata mampu mengalahkan keinginannya kembali pada dunia “hitam”nya yang akhirnya mengantarkan Ia mengucap dua kalimah syahadat di depan Rasul SAW.


Asyhadu An-Laailaaha Illa Allah
Wa Asyhadu Anna Muhammadan Rasulullah


Tidak ada komentar:

Posting Komentar