Sa’ad bin Abi Waqqash adalah Seorang Sahabat Rasulullah SAW, yang dijamin oleh Nabi langsung masuk Surga. Rasul mendoakannya agar Ia memiliki keakuratan dalam memanah (untuk berperang) dan doa yang mustajab.
Sebagai Khalifah, Umar bin Khattab RA, pernah mengutus para Sahabat untuk melakukan investigasi (penyelidikan) terkait tentang keadilan Sa’ad sewaktu menjabat Gubernur di Kufah.
Maka bertemulah tim investigasi tersebut dengan para penduduk dan menanyakan tentang kepemimpinan Saad selaku Gubernur. Jawab mereka, “Saad itu Orang yang baik, adil, santun – pendeknya, semua Orang memuji -nya”.
Namun ketika tim tersebut sampai di sebuah Desa milik Bani Abbas, Seorang lelaki mencegat dan bertanya: “Tidakkah Engkau bertanya padaku tentang Sa’ad?
Dia itu Orang yang tidak adil, suka diskriminatif terhadap rakyatnya, tidak mau berbaur dengan Rakyat!”
Dia itu Orang yang tidak adil, suka diskriminatif terhadap rakyatnya, tidak mau berbaur dengan Rakyat!”
Sa’ad pun kemudian berdoa, “Ya Allah, jika Orang ini berdiri karena Riya’ atau Sum’ah, maka:
>Butakan lah matanya
>Panjangkanlah umurnya
>Jadikanlah dia selalu dalam fitnah
Akhirnya? Benar, doa Sa’ad ternyata mustajab (terkabul):
>Umur laki-laki itu sangat panjang
>Matanya buta dan
>Selalu jadi ejekan
Dalam kitab “Siyar A’lamin Nubala’” juga dikisahkan tentang Sa’ad bin Abi Waqqash. waktu itu ada orang yang melecehkan Ali bin Abi Thalib. Ketika Sa’ad membelanya, Orang tersebut tetap saja mencemooh Ali.
Maka Sa’ad pun memohon kepada-Nya, :”Ya Allah, cukupkanlah Aku darinya menurut kehendak-Mu”.
Apa yang terjadi kemudian? Seperti mendadak, tiba-tiba datanglah se-ekor Unta lari dari arah Kufah. Binatang padang pasir itu lari dengan kencangnya, tanpa tengok kanan - kiri layaknya berjalan.
Ia (unta itu) merangsek ke tengah-tengah kerumunan Orang hingga sampai pada Orang yang tadi menghina Ali.
Orang yang menghina Ali itu kemudian diinjak-injak dan mati seketika yang disaksikan oleh mereka.
Orang yang menghina Ali itu kemudian diinjak-injak dan mati seketika yang disaksikan oleh mereka.
Sumber: “La Tahzan” oleh DR. Aidh Al Qarni
Tidak ada komentar:
Posting Komentar