Selasa, 03 Mei 2011

KALUNG TEMANTEN

Ada seorang ahli Ibadah, sebut saja namanya – Abid. Ia dalam perjalanan menuju ke Makkah. Dengan berjalan kaki, Ia menembus teriknya cuaca dan ganasnya padang pasir. 


Berhari-hari, perjalanan itu dilalui sampai akhirnya tiba di kota Makkah. Namun setiba di sana, Ia kehabisan bekal (makanan, minuman dan sedikit uang) yang dibawanya. 

Sampai akhirnya betul-betul Ia dalam kondisi lapar, capek, ngantuk,  letih, lesu tak bertenaga. Sebab sudah tidak ada lagi yang bisa dimakan dari bekal yang dibawa, sedangkan untuk membeli makan – uangnya pun sudah tiada (habis). 

Ketika hendak menuju Masjidil Haram, Ia berjalan menyusuri gang-gang di seputar kota, tiba-tiba Ia temukan seuntai kalung yang sangat indah. 

“Wah! Alangkah bagus dan eloknya kalung ini!” gumamnya dalam hati. Tampaknya kalung se-indah ini,  belum pernah ia lihat sebelumnya. 

Meski gak ada niatan sedikit pun untuk memilikinya, tapi Ia merasa senang dapat menemukan kalung itu. Karena nanti atau esok pasti  akan ada orang yang mencari-cari. 

Maka, dimasukkanlah kalung itu ke dalam saku bajunya tanpa hentikan langkahnya. Tak lama kemudian, bertemulah Ia dengan seorang yang mengaku kehilangan kalung, dengan menyebut ciri-cirinya. ” Lho!, ko’ persis seperti kalung yang baru saya temukan”  Bisik si Abid dalam hati. 

Maka, si Abid pun kemudian mengeluarkan kalung itu dari dalam kantong bajunya untuk ditunjukkan pada Orang tersebut. Dan, ketika Orang yang kehilangan itu melihat kalungnya, spontan la menyerobotnya tanpa ucapan terima kasih sambil ngeloyor pergi. 

Sambil menahan  laparnya perut, dan capeknya badan  -  Si Abid terus melanjutkan perjalanan sampai ke laut, seusai tadi dari Masjidil Haram.

Dari sana Ia menumpang perahu mengarungi samudera luas. Namun apa yang terjadi ketika di tengah lautan, perahu itu dihantam badai dan diombang-ambingkan gelombang sampai akhirnya tenggelam, kandas ke dalam samudera. 

Tapi, Si Abid selamat meski hanya berpegangan sepotong papan yang didapatnya entah dari mana.Kemudian Ia terdampar di suatu pulau, dan turunlah Ia. 

Tak lama kemudian terdengar suara adzan dari Masjid di kampung itu, maka Ia pun menuju  Masjid untuk ikut shalat bersama Orang-orang kampung. 

Usai shalat Ia temukan lembaran kertas, kemudian dibacanya - ternyata itu adalah al-Quran.  Saat itulah orang-orang bertanya, :”Apakah Anda bisa baca qur’an?” jawab Abid, :”bisa”. “Kalau begitu, ajari Anak - Anak kami baca qur’an ya!” 

Pinta Orang-orang kampung. Si Abid pun meng-iyakan, dan dari ngajari Anak - Anak tersebut Ia dapatkan uang sekedarnya sebagai  tanda terimakasihnya bimbing Anak – Anak mereka. 

Akhirnya terjalin komunikasi yang lebih akrab dan hangat antara Abid dan Orang - orang kampung yang biasa jamaah di Masjid itu. Orang – orang kampung itu kemudian, bercerita bahwa: “ Ada Anak perempuan yatim di sekitar sini, ya masih "ABG" - lah kira-kira. 

Ayahnya meninggal 3 tahun lalu. Kini, Dia, tinggal bersama Ibunya. Apakah Engkau ingin kami menikahkan-mu dengannya?”. Si Abid pun mengangguk setuju. 

Maka, Orang-orang kampung itulah yang kemudian  mengurus pernikahan  Abid dengan wanita dari kampung itu dari A sampai Z-nya. 

Maka, tatkala si Abid masuk ke dalam kamar – Ia melihat kalung melingkar di leher Istrinya yang pernah dia lihat sebelumnya.” Iya, Aku yakin bahkan Haqqul yakin - kalau Aku pernah ngeliat kalung itu!”Bisik si Abid dalam hati lirih. 

Akhirnya, Ia pun bertanya pada Istrinya: “Tolong, ceritakan bagaimana tentang kalung itu!” Sang  Istri pun menjawab, : ”Dulu, kalung ini, pernah hilang di   Makah". 

Lanjutnya, "Kemudian ditemukan oleh seorang lelaki yang baik hati, dan Orang yang menemukan itu tidak minta upah sepeser pun, Ia langsung menyerahkan pada Ayahku” kata Istrinya, 

“Maka, sepulang dari Makkah,  Ayah selalu berdoa dalam sujudnya – semoga Allah mengaruniakan Suami buat Anak perempuannya seperti laki-laki yang menemukan kalung itu!” di akhir ceritanya, si Abid menyergah, “Aku - lah laki-laki itu!”, he..he…he….


Sumber: "La Tahzan" oleh DR. 'Aidh al Qarni

Tidak ada komentar:

Posting Komentar