Sabtu, 14 Mei 2011

MENUNGGU DETIK - DETIK UAN



Menunggu adalah pekerjaan yang paling membosankan. Menunggu apa saja, siapa, di mana dan dalam kondisi apa pun juga. Menungggu, butuh pengorbanan tidak kecil/sedikit untuk bisa “survive”. 


Banyak hal bisa terjadi di saat – saat menunggu berlangsung: jenuh, capek, ngantuk, be-te dan bahkan sampai stres. Oleh karenanya, tak jarang Orang melakukan sesuatu sekedar untuk “membunuh” (mengusir) perasaan yang sudah tak bersahabat tadi. 

Misalnya: berjalan-jalan, mondar-mandir, gerak-gerakkan tangan/kaki, baca kuran/majalah, meremas-remas jari, mainin hp bahkan sampai bolak-balik ke kamar kecil. 

Nah, lebih khusus lagi besok Senin, 16 Mei 2011 itu saat detik-detik pengumuman hasil kelulusan UAN tingkat SMU dan SMK  secara Nasional digelar. 

Pasti banyak di kalangan Bapak Ibu Wali Murid, Bapak Ibu Guru - apalagi Siswa klas XII benar-benar dalam kondisi psykhologis  yang  sangat “fluktuatif”. Maksudnya, suasana batin yang sangat tak menentu. 

Sesaat, begitu yakin bisa lulus - sesaat kemudian, ragu-ragu, lulus enggak ya! Seketika sangat pe-de bakal lulus, e…seketika itu juga berubah, ya kalau lulus – kalau tidak! hem...

Oke, kita gak usah berspekulasi dan meraba-raba lulus tidaknya, toh kita sudah berbuat yang terbaik buat hadapi UAN itu, selebihnya – serahkan saja “Yang Di Atas” istilahnya Tawakkal. 

Nah, menurut teori kemungkinan hanya ada dua: lulus dan tidak lulus. Bagi Siswa yang lulus, tentu senang tapi buat mereka yang tidak pasti sedih, kecewa dst. Keduanya sama-sama manusiawi, dan wajar. 

Yang sering kali tak wajar,  justru cara “mengemas” kegembiraan/kesedihan tersebut.  Sebab, seperti sudah jadi tradisi di kalangan pelajar, bahwa untuk merayakan kegembiraan itu dengan keliling kota lengkap dengan “accsesoris” yang mereka sandang. Betul – betul luar biasa suasananya dan serasa hari itu hanya milik mereka. 

Selebihnya, yang tidak lulus akan tampak sedih, lesu, mata mereka tampak berkaca-kaca, ada yang histeris dan bahkan lebih dari itu. Nah, kalau salah cara mengemasnya (baca: berlebihan)  justru akan merugikan mereka sendiri. 

So, menurut hemat saya, baik yang lulus/tidak, sebenarnya masih sama-sama berada di “terminal” (baca: pemberhentian sementara). So, Siswa yang kebetulan lagi sedih – boleh saja nangis di terminal itu, dan mereka  yang sedang bergembira – silahkan saja bersukacita dan tertawa-tawa di tempat yang sama. 

Tetapi yang lebih penting dari itu, adalah what’s next? Dari terminal itu mau ke mana? Dan kita sepakat untuk tidak menjadikan terminal itu sebagai satu-satunya tujuan mereka, bukan? 

Nah, oleh karenanya – baik yang lulus atau yang tidak, jangan buang-buang energy di terminal itu, sebab jalan masih panjang! Dan pintu “ijtihad” (upaya meraih sukses) ke depan masih terbuka lebar! He..he….Bagaimana menurut Anda? 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar