Rabu, 18 Mei 2011

MENGENAL ULAH "PREMAN KECIL"



Seringkali kita mendengar keluhan orang tua tentang anaknya yang jadi kurban Bulliying. Apa sih Bulliying itu? 


Bulliying ialah segala tindakan yang dilakukan dengan menggunakan kekerasan secara berulang kali serta berdampak pada kurban berupa rasa terintimidasi, takut dan tertekan. 

Bulliying bisa dilakukan secara phisik dan nonphisik. Nonphisik sendiri bisa secara verbal seperti mengolok-olok, menjuluki, menghina, mencela, memfitnah, memaki atau mengancam. 

Tindakan nonverbal misalnya, mengajak teman-teman menjauhi seorang anak. Bisa juga tindakan-tindakan seperti menteror, mengintimidasi, diskriminasi, memelototi dsb. 

Sementara tindakan-tindakan phisik misalnya, mencubit, menjambak rambut, mendorong, memukul. Kejadian bulliying yang paling kerap terjadi adalah di sekolah dari semua tingkatan.

Dari TK sampai SMA bahkan kuliah. Bulliying bisa terjadi antarteman sekelas, adik dan kakak kelas maupun guru dan anak didiknya.

Yang terjadi di sekolah bisa dilakukan oleh individu ke individu maupun kelompok ke individu atau kelompok ke kelompok. 

Unjuk kekuatan: tujuan bulliying tak lain adalah menunjukkan power kepada pihak lain yang dianggap lebih lemah. 

Contoh paling sering terjadi ialah memalak, mengancam atau penganiayaan yang dilakukan oleh senior kepada adik kelasnya. 

Meski definisinya sangat luas, namun sifat dasar perilaku ini sebenarnya sama saja. Pokoknya, tindakan apapun jika sudah membuat yang diganggu ketakutan, maka perilaku itu sudah bisa disebut bulliying.

Berbeda dengan jika anak berani membalas ketika diganggu. Banyak faktor: Apa sih penyebabnya? Ada banyak faktor yang  bisa menyebabkan bulliying. 

Bisa jadi karena faktor orang tua di rumah yang ternyata hobi memaki atau melakukan kekerasan phisik. 

Akibatnya anak menjadi terbiasa disuguhi adegan kekerasan, sehingga ia akan menganggap tindakan kekerasan sebagai hal biasa dan sah dilakukan. Akibat lainnya, anak bisa menjadi individu yang merasa rendah diri atau pemarah. 

Di sekolah misalnya, seorang pelaku bulliying atau sebaliknya menjadi kurban. Bisa juga karena anak sangat dimanja di rumah, sehingga semua orang harus tunduk pada dia. Ketika di sekolah, ia menganggap semua orang pun harus tunduk. 

Selain faktor orang tua, faktor teman juga bisa. Contohnya, anak hanya ikut-ikutan saja ketika teman dekatnya mengejek siswa lain. 

Jika tak ikut “meramaikan”, sang anak takut dimusuhi oleh teman dekatnya dan selanjutnya siklus bulliying pun berlanjut. 

Factor media yang banyak menayangkan tontonan kekerasan juga bisa menjadi pemicu anak berperilaku mem-bully. 

Ini biasa terjadi pada anak-anak yang usianya masih dini. Bisa jadi anak-anak itu menonton adegan kekerasan dari televise. 

Tayangan-tayangan kekerasan secara langsung dan tak langsung mempengaruhi persepsi anak. Sehingga mereka meniru tindakan tersebut. 

So, hati-hatilah kita sebagai orang tua dalam menjaga anak, agar anak tak melakukan bulliying. Bagaimana menurut Anda?


Kutipan dari: Nova

Tidak ada komentar:

Posting Komentar